LOT, HOT, Soft Power dan Society 5.0

Posted by Yn's On 29 Juni 2022 0 Comments
KONFLIK DALAM SEBUAH ORGANISASI

Filsafat Tradisional, konflik yang terjadi didalam manajemen dinilai sebagai sesuatu yang merugikan atau bernilai negatif. Timbulnya konflik dalam manajemen adalah suatu pertanda bahwa di dalam manajemen atau organisasi ada sesuatu yang tidak beres. Timbulnya konflik lebih disebabkan karena :
a. Manajemen gagal dalam menjalankan komunikasi dengan anggota organisasi.
b. Kegagalan dalam menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang sehat dalam kepemimpinan.

Menurut Modernisme, terjadinya konflik manajemen dianggap sebagai sesuatu yang sulit dihindari. Pada kondisi tertentu konflik diperlukan dengan asusmsi bahwa konflik dapat bernilai positif bagi organisasi. Sebagai contoh, manajemen memanfaatkan perbedaan ide antar anggota organisasi untuk menemukan metode atau kombinasi metode yang paling konstruktif untuk menyelesaikan masalah atau membuat suatu inovasi.[1]

Aliran Postmodernisme, pandangan aliran ini adalah bahwa struktur organisasi adalah hasil dari suatu pertarungan politis diantara koalisi-koalisi di dalam organisasi untuk memperoleh kontrol. Suatu organisasi terdiri dari berbagai entitas beragam namun terhubung satu sama lain. Entitas-entitas tersebut mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengontrol dirinya sendiri melalui koordinasi yang bersifat polisentris. Aliran ini melihat konflik sebagai hal yang positif untuk melakukan continous inmprovement.

Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skill (HOTS)

Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan penggolongan tingkat berfikir manusia yang didasarkan pada teory Bloom’s Taxonomy. Sebuah teori yang digagas oleh benjamin Bloom dengan membagi tingkatan kognitif menjadi 6 tingkatan yaitu mengingat, memahami, menerapkan, melakukan analisa, mengevaluasi dan mencipta.

Yang termasuk kategori Lower Order Thinking Skills (LOTS) adalah:
  • Mengingat suatu informasi, termasuk di dalamnya menyebutkan, memilih dan membuat daftar informasi.
  • Memahami dan menjelaskan informasi serta membuat kesimpulan dan rangkuman.
  • Menerapkan informasi yang telah dipelajari seperti melakukan penghitungan dan penggunaan informasi yang diterima serta melakukan transfer informasi.
Adapun yang termasuk kategori Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah:
  • Kemampuan melakukan analisa, identifikasi, membuat diagram informasi, menghubungkan dan menjabarkan informasi yang diterima.
  • Menilai/mengevalusi dengan menggabungkan kepingan informasi ke dalam satu kesatuan yang lebih besar, melakukan desain dan prediksi dari informasi yang ada.
  • Mengkreasi/mencipta, yaitu kemampuan membuat penilaian dan keputusan tentang suatu ide/gagasan, melakukan kritik, membuat penilaian dan evaluasi.
Soft Power

Soft power yang dilakukan Indonesia di kancah Internasional dilakukan dalam bentuk diplomasi.

Bidang Pendidikan
Contoh diplomasi dalam bidang pendidikan adalah Global Undergraduate Exchange Program (Global UGRAD Program) yang diselenggarakan oleh AMINEF (American Indonesian Exchange Foundation) dengan pendanaan dari Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Luar Negeri AS. Program pertukaran mahasiswa D4/S1 ini bersifat beasiswa penuh dan dilaksanakan selama satu semester pada perguruan tinggi Amerika Serikat yang telah ditentukan.

Bidang Kebudayaan
Diplomasi dalam bidang kebudayaan salah satunya dengan dibangunnya rumah budaya Indonesia. Rumah Budaya Indonesia adalah ruang publik untuk memperkenalkan kekayaan budaya bangsa Indonesia kepada dunia dalam rangka meningkatkan citra, apresiasi dan membangun ikatan (budaya) sekaligus mempertahankan eksistensi kebudayaan Indonesia terhadap masyarakat internasional yang dikordinir bersama Kementerian Luar Negeri. Rumah Budaya Indonesia dibangun di 19 negara di berbagai belahan dunia yang dimulai pada tahun 2012 dan salah satunya berada di Jerman. Rumah Budaya Indonesia yang terletak di Berlin diresmikan pada tanggal 26 Mei 2012, menjadi bentuk nyata strategi diplomasi budaya Indonesia di Jerman.

Bidang Politik
Salah satu betuk soft power Indonesia dalam bidang politik adalah pengiriman duta besar dan konsulat. Contoh lain dari soft power dalam bidang politik adalah perjanjian ekstradisi yang dibuat sebagai upaya mengentaskan kejahatan lintas-batas seperti perdagangan narkoba, terorisme, perdagangan orang, penangkapan ikan ilegal, hingga pencucian uang. Melalui perjanjian ini, negara-negara di ASEAN dapat melakukan kerja sama untuk mengembalikan tersangka ke negara asalnya demi menjaga stabilitas politik di ASEAN.

Bidang Seni
Salah satu soft power Indoensia dalam bidang seni, Kedutaan Besar Denmark di Jakarta bekerjasama dengan Pusat Budaya dan Pembangunan Denmark (CKU) meluncurkan program seni dan pembangunan. Bekerjasama dengan Koalisi Seni Indonesia dan Jakarta Beinnale, CKU menggelar Cultural Hotspot sebagai wadah unjuk gigi seniman Indonesia timur tepatnya Makassar, Kupang, Mataram, dan Palu.

Bidang Bahasa
Bentuk soft power Indonesia dalam bidang bahasa salah satunya adalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai media diplomasi antara indonesia dengan Thailand melalui program pengajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (BIPA) pada Tahun 2011-2015.

Revolusi Industry 4.0 dan Society 5.0

Secara konsep, Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh. Konsep Society 5.0 lebih memfokuskan konteks terhadap manusia. Jika Revolusi industry 4.0 menggunakan AI, dan kecerdasan buatan yang merupakan komponen utama dalam membuat perubahan di masa depan. Sedangkan Society 5.0 juga menggunakan teknologi terkini tetapi mengandalkan manusia sebagai pemain utamanya

Hubungan antara Revolusi Industry 4.0 dan Society 5.0
Perkembangan era revolusi industri 4.0 diiringi dengan integrasi teknologi cyber dengan humaniora, yaitu Society 5.0. Pemahaman Society 5.0 sebagai masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan sistem yang sangat mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik. Pada era society semua teknologi menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan manusia pada Internet sebagai bagmenjalani kian penting untuk kehidupan. Society 5.0 signifikannya perkembangan teknologi dan peran masyarakat sebagai respon revolusi Industri 4.0

Dampak yang terjadi dari Revolusi Industry 4.0 dan Society 5.0
Dampak Bidang Sosial
Berkembangnya industrialisasi telah menimbulkan kota-kota dan pusat-pusat keramaian yang baru atau masyarakat urban. Sebagai dampak semakin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga kerja semakin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang sudah menggunakan tenaga mesin, sehingga mengurangi tenaga kerja manusia. Selain itu dampak negatif juga muncul di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan kelompok pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik.

Dampak Bidang Politik
Munculnya isu politik dan gerakan-gerakan politisir yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik (partai buruh) dan partai liberal (pengusaha). Ketidakadilan yang dirasakan pihak-pihak tertentu akan memunculkan gerakan atau organisasi-organisasi kemanusiaan/gerakan sosialis.

Dampak Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, berdampak pada peningkatan usaha industri dan pabrik secara besar-besaran dengan proses mekanisasi. Sehingga akan memberikan kemudahan dalam hal produksi. Disisi lain, efek negatif dirasakan oleh industri tradisional dan industry berskala kecil. Sektor ini akan mengalami stagnasi dan bisa mengakibatkan kebangkrutan.

Dari analisa dampak Revolusi Industry 4.0 dan Society 5.0 terhadap bidang Sosial, Politik dan Ekonomi di atas, strategi yang tepat dalam menghadapi dampak tersebut adalah dengan melakukan inovasi serta meningkatkan kompetensi serta literasi digital sesuai dengan perkembangan terknologi yang semakin pesat

Kompetensi apa saja yang harus dimiliki di Era Revolusi Industry 4.0 dan Society 5.0
Leadership
Karakter pemimpin identik dengan karakter kuat dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi pada Era Revolusi Industry 4.0 dan Society 5.0

Languange Skill
Era revolusi industry 4.0 mementingkan pengembangan cognitive abilities skill untuk meningkatkan kualitas SDM dalam memasuki era industri 4.0 memaksa manusia memasuki dua dunia, yaitu dunia riil dan dunia virtual. Internet of things yang membuka konektifitas siapapun diseluruh dunia membuat setiap orang harus memiliki kemampuan berbahasa yang universal.

Writing Skill
Keterampilan menulis mendorong kita untuk menghasilkan dan mengungkapkan idea baru yang orisinal, jelas (intelligible) dan merekomendasikan aktivitas apresiasi pikiran melalui tulisan atau publikasi yang bermanfaat untuk pengembangan diri dan dunia.

IT Literacy
Konsekuensi era revolusi Industry 4.0 yaitu penguasaan IT Literacy. Walaupun tidak memiliki kemampuan akademik dalam bidang informasi teknologi. Namun untuk mampu bersaing kemampuan IT harus di kembangkan.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini dapat dikatakan bagai pisau bermata dua, terdapat dampak positif dalam pemanfaatannya, namun secara bersamaan terdapat dampak negatif yang mengiringinya.  Aspek Sosial
Dampak negatif TIK pada aspek sosial sangat terlihat di sekitar kita, salah satunya adalah kualitas hubugan yang berkurang akibat terlalu sibuk dengan perangkat, hoax yang mudah tersebar serta tingkat empati yang berkurang.

Aspek Ekonomi
Dampak negatif dalam sektor ekonomi diantaranya pembobolan rekening suatu lembaga atau perorangan yang mengakibatkan kerugian financial yang besar. Dengan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan banyaknya terjadi kasus penipuan dalam perdagangan online.

Aspek Budaya
Dampak negatif yang muncul adalah perubahan gaya komunikasi, budaya berpakaian, anti sosial, budaya tolong menolong yang berkurang, menurunnya moral dan sikap individualis.

Aspek Pendidikan
Pada sektor pendidikan, dampak negatif TIK salah satunya adalah semakin memudahkan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) karena akses mudah ke data yang menyebabkan orang plagiatis akan melakukan kecurangan.

Menanggapi berbagai dampak negatif dari perkembangan TIK, sebagai generasi muda hendaknya meningkatkan literacy digital dan membiasakan kemampuan berfikir pada level Higher Order Thinking Skill (HOTS). Hal dimaksud agar terbiasa melakukan analisa dan evaluasi terhadap penggunaan teknologi agar terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan. Selain itu, dengan kemampuan Higher Order Thinking Skill (HOTS) diharapkan mampu membuat terobosan positif dengan melakukan inovasi maupun kreasi dari kemudahan terknologi yang ada.




[1] Muslich. 1991. Manajemen Konflik Suatu Pendekatan Konstruktif. Yogyakarta : UNISIA. Hal.67-68

0 Comments to LOT, HOT, Soft Power dan Society 5.0

Posting Komentar